Refleksi Kepemimpinan : Dari Ambisi Ke Pengabdian

  • Bagikan

Pangkalpinang, SuaraBabelNews.com, —

Keinginan yang kuat untuk menjadi pemimpin demi membawa kemajuan adalah hal yang patut diapresiasi, namun juga harus dikawal dengan niat yang tulus dan kesiapan yang matang.

Seseorang yang bercita-cita menjadi pemimpin sejati bukan hanya terpukau oleh jabatan, tetapi digerakkan oleh dorongan untuk mengabdi, memperbaiki, dan membawa perubahan nyata.

Pemimpin yang hebat tidak hanya bermodalkan ambisi, tetapi juga empati, visi yang jelas, kemampuan mendengar, serta keberanian mengambil keputusan demi kepentingan bersama. Ia harus siap menerima kritik, terus belajar, dan menjaga integritas dalam setiap langkahnya.

Menjadi pemimpin demi kemajuan adalah panggilan besar. Jika keinginan itu dilandasi semangat melayani dan komitmen untuk membangun, maka ia bukan hanya akan menjadi pemimpin, tetapi juga teladan yang menginspirasi.

Menurut pandangan saya, berikut beberapa refleksi bersama :

1. Demokrasi Kampus Bukan Sekadar Kemenangan

Demokrasi kampus adalah wadah pembelajaran bagi kita semua. Kemenangan atau kekalahan dalam pemilihan bukanlah akhir dari segalanya. Yang terpenting adalah bagaimana kita berkontribusi positif bagi kemajuan kampus, terlepas dari posisi yang kita emban. Pemilu kampus semestinya menjadi momentum memperkuat budaya partisipatif dan tanggung jawab kolektif.

2. Kritik Harus Disertai Solusi

Menyoroti kekurangan dalam proses pemilihan adalah hal yang wajar. Namun, alangkah baiknya jika kritik tersebut disertai dengan solusi konstruktif. Misalnya, jika ada dugaan pelanggaran, mari kita dorong transparansi dan perbaikan sistem ke depan. Kritik yang membangun akan menjadi bahan evaluasi yang bermanfaat bagi keberlanjutan demokrasi kampus.

3. Menghindari Personal Attack

Dalam menyampaikan kritik, penting untuk menjaga etika dan menghindari serangan pribadi. Fokuslah pada isu dan fakta, bukan pada individu. Hal ini akan menciptakan suasana diskusi yang sehat dan produktif. Kepemimpinan bukan ajang permusuhan, melainkan ruang kolaborasi untuk tumbuh bersama.

4. Solidaritas Dan Soliditas Di Atas Segalanya

Perbedaan pilihan adalah hal yang lumrah dalam demokrasi. Namun setelah pemilihan usai, semangat persatuan harus kembali dikedepankan. Kita semua memiliki tujuan yang sama: memajukan lingkungan kampus. Jangan sampai kontestasi membuat kita tercerai-berai. Jadikan hasil pemilihan sebagai pijakan awal untuk bersinergi dan bekerja sama.

Kepemimpinan adalah perjalanan panjang, bukan hanya pencapaian sesaat. Semoga setiap langkah yang kita ambil dalam dinamika demokrasi kampus selalu dilandasi niat baik, semangat belajar, dan komitmen untuk memberi manfaat seluas-luasnya. Jum’at, 9 Mei 2025.

Oleh : Aliana (Demisioner Gubernur Mahasiswa FSEI IAIN SAS BABEL 2024)

  • Bagikan